A. JUDUL
Batuan
B. TUJUAN
1. Mengamati macam-macam batuan
2. Mengklasifikasikan beberapa sampel batuan berdasarkan indikator
C. DASAR TEORI
Batuan merupakan zat padat yang menyusun kerak bumi atau bagian terluar kulit bumi. Batuan meliputi segala macam materi yang menyusun kerak bumi, baik padat maupun lepas seperti pasir atau debu. Batuan sendiri tersusun oleh partikel-partikel terkecil yang diskrit yang disebut mineral. Secara garis besar batuan di alam ini dibagi menjadi 3 bagian, yakni :
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk akibat proses pendinginan dari magma, yang terjadi melalui dua macam cara yakni yang pertama melalu cara plutonik yaitu sebagai akibat proses menerobosnya magma ( intrusi magmatik) naik ke atas menuju permukaan bumi melalui rekahan-rekahan dan batuan terbentuk secara mengkristal dengan perlahan seiring dengan menurunnya temperatur dari magma, dan yang kedua melalui cara vulkanik yaitu melalui letusan gunung api dimana magma mencapai permukaan sebagai lava atau melalui fragment-fragment yang dimuntahkan gunung api. Penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada 3 patokan utama yaitu:
a. Pembagian berdasarkan senyawa kimia yang terkandung dan berdasarkan susunan mineraloginya.
Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk mineral. Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia adalah dari senyawa oksidanya seperti Fe2O3, MgO, CaO, Na2O, dll. Analisis kimia batuan dapat dipergunakan dasar untuk menentukan jenis magma, kedalaman magma asal, pendugaan temperatur pembentuk magma dan sebagainya. Kandungan senyawa kimia bahan ekstruktif identik dengan batuan instrusif, asalkan dalam satu kelompok. Hal ini hanya berbeda terdapat terbentuknya saja, sehingga menimbulkan pula perbedaan di dalam dasar butir dari setiap jenis mineral.
Batuan Instrusif | Batuan Ekstrusif |
Granit Syenit Dionit Tonalit Monsonik Gabro | Riolit Trahkit Andesit Dasit Latit Basal |
b. Pembagian batuan beku berdasarkan kandungan silika
Nama Batuan | Kandungan Silika |
Batuan asam Batuan menengah Batuan basa Batuan ultra basa | ³ 66 % 52-66 % 45-52% ≤45% |
c. Pembagian batuan beku berdasarkan mineralogi
Pembagian batuan beku berdasarkan kandungan mineral dibagi menjadi 4 jenis mineral, yaitu kuarsa (Q), alkali feldpar (A), plagioklos (P), feldspatis (F). Klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis (1955) dalam klasifikasi ini tekstur batuan beku yang didasarkan pada ukuran butiran mineralnya dapat dibagi menjadi:
· Batuan dalam
Bertekstur feneritik yang berarti mineral-mineral yang menyusun batuan tersebut dapat dilihat dengan mata biasa tanpa bantuan alat pembesar.
· Batuan gang
Bertekstur porfiritik dengan masa dasar faneritik.
· Batuan lelehan
Bertekstur afaritik, dimana individu mineralnya tidak dapat dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
d. Pembagian berdasarkan genetik batuan
Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dari batuan beku. Pembagian genetik batuan beku adalah sebagai berikut:
1) Batuan Ekstrusif
Batuan Ekstrusif atau batuan beku vulkanik umumya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral penyusunya lebih kecil. Ada dua tipe magma ekstrusif, yaitu:
· Tipe pertama memiliki kandungan silika yang rendah dan vikositas relatif rendah, contohnya lava basaltik. Lava basaltik mempunyai sifat sangat cair sehingga bila sampai ke permukaan akan menyebar dengan daerah yang sangat luas.
· Tipe kedua memiliki kandungan silika yang sangat tinggi dan vikositas relatif tinggi. Akibat dari vikositas ini bila sampai ke permukaan akan menjadi suatu aliran sepanjang lembah. Lava tipe ini bersifat asam. Vikositas yang tinggi dan terbentuknya urat-urat pusat,ini merupakan akibat letusan gunung api dan berhubungan dengan lava. Lapisan dari butiran yang halus berasal dari debu vulkanik, sedangkan campuran antara batuan vulkanik disebut piroklastik. Percampuran dari fragmen batuan seperti debu dan fragmen batuan membentuk taf.
2) Batuan Instrusif
Batuan Instrusif atau batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunya relatif besar.
Ada 3 prinsip dari tipe bentuk instrusif batuan beku yaitu:
· Bentuk tidak beraturan. Pada umumnya berbentuk diskordam (bentuk kontaknya kontras) dan biasanya memiliki bentuk yang lepas di permukaan bumi. Sepanjang melintang dari tubuh pluton (instrusif dengan bentuk tidak beraturan) memperlihatkan bentuk yang sangat besar dengan kedalaman yang tidak diketahiu batasnya. Sebagai contoh batolit dan stok.
· Instrusif berbentuk tabular, mempunyai dua bentuk yang berbeda yaitu Dike (retas) mempunyai bentuk diskordam. Dike adalah instrusif yang memotong bidang pelapisan dari batuan induk. Kenampakan di lapangan dapat berukuran sangat kecil dan dapat pula berukuran sangat besar. Sil mempunyai bentuk konkordam (kontaknya sejajar dengan lapisan batuan) batuan sedimen. Sil adalah lempengan batuan beku yang diinstrusikan diantara dan sepanjang lapisan batuan sedimen. Ketebalanya dari beberapa mm sampai beberapa km.
· Instrusif berbentuk pipa, relatif memiliki tubuh yang kecil, hanya pluton-pluton diskordam. Bentuk yang khas dari tipe ini adalah instrusif silinder atau pipa. Sebagian besar merupakan sisa dari korok suatu gunung api tua, bisa disebut vulkanik nek, yaitu suatu massa batuan beku yang berbentuk silinder, kemungkinan berukuran besar, tetapi kedalamanya tidak diketahui.
Batuan sedimen adalah batuan yang erat sekali proses pembentukannya dengan proses pengendapan material sediment klastik dan non klastik yang terdiri dari material organic dan akibat proses kimiawi (evaporasi), yang diikuti oleh kompaksi dari partikel material sediment tersebut serta sementasi yang berlangsung pada bersamaan dengan terjadinya proses diagenesa. dan material sediment. Batuan Sediment terbentuk dekat dengan permukaan bumi. Berdasarkan cara terbentuknya batuan sedimen dapat digolongkan menjadi:
a. Batuan sedimen detritus (klastik)
Batuan sedimen klastik terbentuk melalui proses pengendapan dari material-material yang mengalami proses transportasi. Yang termasuk batuan sedimen klastik adalah:
· Breksi. Dapat terjadi pengendapan langsung dari ledakan gunung api di sekitar gunung dan dapat juga diendapkan di lingkungan air seperti sungai, danau, atau laut. Biasanya ukuran butir breksi lebih besar dati 22 mm dengan bentuk butiran yang bersudut.
· Konglomerat,diendapkan di lingkungan sungai. Ukuran butir konglomerat lebih besar dari 2 mm dengan bentuk butiran yang membundar.
· Batuan batu pasir, dapat terjadi di lingkungan laut, danau, sungai maupun delta. Ukuran butirannya antara 1/16 mm sampai 2 mm.
· Batuan lanau, berukuran butir antara sampai 1/256 mm sampai 1/16 mm
· Batuan lempung, berukuran butir lebih kecil dari 1/256 mm.
b. Batuan sedimen evaporit
Batuan sedimen evaporit terbentuk dengan adanya air yang memiliki larutan kimia yang cukup pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan darat atau laut yang tertutup, sehingga sangat mungkin selalu terjadi pengayaan unsur-unsur tertentu, sebagai contoh nya adalah batu garam, gip, anhidrit, dll.
c. Batuan sedimen batu bara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari tumbuh-tumbuhan. Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebal di atasnya sehingga tidak memungkinkan untuk terjadi pelapukan.
d. Batuan sedimen silika
Batuan ini terdiri dari rijang (chert), radiolaria dan tanah diatom. Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara proses organik seperti radiolaria atau diatom dan proses kimiawi untuk lebih menyempurnakannya. Batuan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.
e. Batuan sedimen karbonat
Batuan ini umumnya terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, alga, foraminifera dan lainnya yang bercangkang kapur. Proses ini biasa terjadi di lingkungan laut litoral sampai neritik. Batuan ini juga dapat terjadi melalui proses pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk lebih dahulu dan diendapkan di suatu tempat, yaitu laut neritik sampai batial. Contohnya: batu gamping terumbu, terbentuk karena batuan tersusun oleh material terumbu koral.
Batuan metamorf adalah merupakan batuan ubahan atau malihan, yakni batuan yang mengalami perubahan menjadi batuan metamorf akibat mengalami perubahan tekanan dan temperature yang tinggi. ( temperatur dan tekanan yang terjadi lebih tinggi dari temperatur dan pressure di permukaan bumi). Perubahan temperature dan tekanan yang tinggi inilah yang menyebabkan terubahnya mineral-mineral asli penyusun batuan menjadi mineral-mineral yang lain. Contohnya kapur (kalsit) berubah menjadi marmer, atau batuan kuarsa menjadi kuarsit.
Batuan metamorfosa dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
Batuan metamorfosa dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Metamorfosa termal disekitar suatu instrusi magma dimana panas memegang peranan dan fluida-fluida.
b. Metamorfosa dinamis (kalaklstik) disekitar dislokasi dimana tekanan memegang peranan.
c. Metamorfosa regional, kedua efek baik panas maupun tekanan memegang peranan penting.
Secara umum, dapat dilihat siklus dari pembentukan batuan :
D. ALAT DAN BAHAN
1. 18 macam batuan
2. Katalog batuan
3. Alat tulis
4. Kamera
E. LANGKAH KERJA
1. Mengambil sampel batuan yang sudah disediakan
2. Mengamati dan mengidentifikasi ciri-ciri batuan yang ada.
3. Mengklasifikasikan jenis batuan menggunakan bantuan katalog batuan.
4. Mencatat hasil pengamatan ke dalam tabel.
F. HASIL PENGAMATAN
1. Batuan Beku
No. | Nama Batuan | Gambar |
1. | Basal | |
2. | Granit | |
3. | Gabro | |
4. | Andesit | |
5. | Diabas | |
6. | Dasit | |
2. Batuan Sedimen
No. | Nama Batuan | Gambar |
1. | Rijang | |
2. | Konglomerat | |
3. | Batu Pasir | |
4. | Batu Gamping Numulites | |
5. | Batu Gamping Merah | |
6. | Kalkarenit |
3. Batuan Metamorf
No. | Nama Batuan | Gambar |
1. | Kuarsit | |
2. | Serpentinit | |
3. | Sekis Mika | |
4. | Filit | |
5. | Marmer | |
6. | Gneis | |
G. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada sample batuan, dapat diketahui bahwa di daerah Karang Sambung terdapat bermacam-macam jenis batuan antara lain :
1. Batuan Beku
Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silikat cair liat, pijar, bersifat mudah bergerak yang dikenal dengan magma. Jenis-jenis dari batuan beku antara lain :
a. Basal (Basalt)
Batuan beku basal berwarna gelap (hitam), berbutir halus dan mengandung banyak mineral plagioklas dan piroksen, kandungan silica (SiO2) rendah (45%-50%). Basal terbentuk dari larutan magma yang menerobos hingga mencapai ke permukaan bumi berbentuk lava yang kemudian membeku dengan cepat.
Basalt umumnya bersifat masif dan keras, bertekstur afanitik, terdiri atas mineral gelas vulkanik, plagioklas, piroksin, amfibol dan mineral hitam. Basalt mempunyai ukuran butir yang sangat baik sehingga kehadiran mineral mineral tidak terlihat.
Gelembung-gelembung dari gas karbondioksida dan uap air terbentuk dan melakukan ekspansi pada batuan yang meleleh mendekati permukaan. Pada periode yang panjang di bawah gunung api, butiran butiran berwarna hijau dari mineral olivine keluar dari larutan. Sehingga gelembung gelembung dan butiran butiran tersebut atau phenocrysts menggambarkan dua kejadian yang berbeda di dalam pembentukan batuan basalt tersebut.
b. Granit
Granit disebut batuan beku asam berbutir kasar. Mineral pembentuknya berwarna terang (Kuarsa Ortoklas) proses pembekuannya perlahan dan jauh dari permukaan bumi. Granit adalah batuan beku plutonik, yang terjadi dari hasil pembekuan magma berkomposisi asam pada kedalaman tertentu dari permukaan bumi. Umumnya bersifat masif dan keras, bertekstrur porfiritik, terdiri atas mineral kuarsa, ortoklas, plagioklas, biotit, dan hornblende. Kegunaan Granit sebagai bahan bangunan rumah dan gedung.
c. Gabro
Batuan beku berbutir kasar, komposisi mineralnya sama dengan yang dikandung oleh basal. Batuan ini berasal dari magma yang proses pembekuannya secara perlahan dan lebih dalam dari permukaan bumi (plutonik) dibanding proses pembekuan basal sehingga butiran mineralnya lebih besar.
Gabro adalah batuan dengan butiran kasar, berwarna kelabu kehijauan, tersusun oleh mineral plagi-oklas (labra-dorit) dan piroksen (augit) dengan mineral ikutan hornblende dan bijih. Tempat piroksen terkloritkan men-jadi hornblende. Di beberapa tempat batuan ultramafik, diorit, berwarna kelabu, berhablur penuh, hipidiomorf berbutir seragam, butiran berkisar 1–2,5mm, mineral plagioklas (ande-sine), dengan mineral tambahan biotit, hornblende dan bijih malihan dan batuan ultramafik. Batuan ini sering digunakan sebagai material untuk pembangunan gedung.
d. Andesit
Batuan beku berwarna abu-abu gelap yang terbentuk sebagai lava menyerupai basalt. Andesit dapat dibedakan dengan basal dengan adanya mineral-mineral yang lebih kasar seperti plagioklas, homblenda, dan biotit.
Andesite berasal dari magma yang biasanya meletus dari stratovolcanoes pada lahar tebal yang mengalir, beberapa diantaranya penyebarannya dapat mencapai beberapa kilometer. Andesites terbentuk pada temperatur antara 900 dan 1,100 derajat Celsius. Di dalam andesite terdapat sekitar 52 dan 63 persen kandungan silika ( SiO2). Batuan ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan batu belah untuk bahan konstruksi (bangunan dan jalan), alas jalan, dan lain-lain. Sebaran batuan ini banyak dijumpai di daerah kaki perbukitan maupun lembah-lembah sungai. Keterdapatanya batuan ini terdapat hampir disemua tempat di Indonesia, terutama di Indonesia bagian timur.
e. Diabas
Batuan beku berwarna abu-abu dan berbutir sedang. Mineral piroksen dan plagioklas berbentuk seperti jarum yang saling bersilangan. Diabas terbentuk dari magma yang menerobos hingga dekat ke permukaan bumi
Diabas berhablur penuh hipidiomorf, berbutir seragam, butiran 0,5–1,5mm, tersusun oleh mineral labradorit dan augit, memperlihatkan tekstur diabas, rongga terisi kuarsa.
f. Dasit
Batuan beku berwarna abu-abu terang dicirikan dengan mineral plagioklas berbutir kasar dalam massa dasar lebih halus. Sifat batuan dari dasit yaitu asam,struktur batuannya massif atau pejal, dan derajat kristalisasinya holokristalin dimana komposisi mineral penyusunnya mayoritas adalah mineral kristalin. Dasit sebagian besar terdiri atas plagioclase feldspar dengan biotite, hornblende, dan pyroxene (augite atau enstatite).
2. Batuan Sedimen
Batuan endapan / sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat litifikasi bahan rombakan batuan asal atau hasil reaksi kimia maupun hasil kegiatan organisme.. Di muka bumi ini dibandingkan dengan batuan beku, batuan endapan / sedimen sangatlah sedikit, ± 5 % volume walaupun demikian penyebarannya di muka bumi menempati lebih dari 65 % luasan. Kenampakan yang paling menonjol dari jenis batuan sedimen adalah perlapisan, struktur internal dan eksternal lapisan, bahan rombakan yang tidak kristalin, mengandung fosil dan masih banyak lagi. Jenis-jenis batuan sedimen antara lain :
a. Rijang
Disebut sebagai batuan sedimen laut dalam. Batuan ini terbentuk oleh proses pengendapan yang terjadi pada dasar samudera. Fosil renik radiolaria yang dijumpai di dalam batu rijang di daerah Karang Sambung menunjukkan umur 85 juta tahun hingga mencapai 140 juta tahun yang lalu.
Rijang atau batu api (Bahasa Inggris: flint atau flintstone) adalah batuan endapan silikat kriptokristalin dengan permukaan licin (glassy). Disebut "batu api" karena jika diadu dengan baja atau batu lain akan memercikkan bunga api yang dapat membakar bahan kering. Rijang biasanya berwarna kelabu tua, biru, hitam, atau coklat tua. Rijang terutama ditemukan dalam bentuk nodul pada batuan endapan seperti kapur atau gamping. Sejak Zaman Batu, rijang banyak dipergunakan untuk membuat senjata dan peralatan.
b. Konglomerat
Batuan sedimen klastik yang disusun oleh fragmen mineral dan butiran batuan berbentuk membulat berukuran kerikil (lebih besar dari 2 mm). Fragmen-fragmen ini diikat oleh masa dasar batu pasir.
Konglomerat merupakan suatu bentukan fragmen dari proses sedimentasi, batuan yang berbutir kasar, terdiri atas fragmen dengan bentuk membundar dengan ukuran lebih besar dari 2mm yang berada ditengah-tengah semen yang tersusun oleh batu pasir dan diperkuat. Dalam pembentukannya membutuhkan energi yang cukup besar untuk menggerakan fragmen yang cukup besar biasanya terjadi pada sistem sungai dan pantai. Konglomerat biasanya digunakan sebagai pondasi bangunan.
c. Batu Pasir (sand stone)
Batupasir adalah suatu batuan sedimen klastik yang dimana partikel penyusunya kebanyakan berupa butiran berukuran pasir. Batu sedimen klastik yang di dalamnya terdapat butiran berukuran pasir (umumnya butiran berukuran hingga 2 mm). Kebanyakan batupasir dibentuk dari butiran-butiran yang terbawa oleh bergerakan air, seperti ombak pada suatu pantai atau saluran di suatu sungai. Butirannya secara khas di semen bersama-sama oleh tanah kerikil atau kalsit untuk membentuk batu batupasir tersebut. Batupasir paling umum terdiri atas butir kwarsa sebab kwarsa adalah suatu mineral yang umum yang bersifat menentang laju arus. Batupasir mempunyai banyak kegunaan didalam industri konstruksi sebagai suatu kumpulan dan batu-tembok.
d. Batu Gamping Numulites
Batu gamping Numulites adalah batuan sedimen bioklastik yang dipenuhi oleh fosil foraminifera nummulites. Fosil nummulites memberi petunjuk bahwa batuan ini diendapkan di laut dangkal dan berumur hingga 55 juta tahun yang lalu.
e. Batu Gamping Merah
Batuan ini terbentuk di dasar laut dalam dimana batu gamping masih bisa terbentuk. Di daerah Karangsambung batu gamping merah berselang-seling dengan batu rijang.
Batugamping merah merupakan salah satu jenis batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari hasil kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi organik (penggaraman unsur-unsur laut, pertumbuhan kristal dari agregat kristal yang terpresipitasi dan replacement).Hal inilah yang menyebabkan batugamping merah masuk dalam klasifikasi batuan sedimen nonklastik.
f. Kalkarenit
Merupakan jenis batu gamping klasik yang berukuran butir menyerupai ukuran butir batu pasir. Batuan ini terbentuk di lingkungan laut. Butiran berukuran pasir bisa berupa mineral kuarsa di dalam masa dasar karbonat. Calcarenite memiliki ukuran butir 1/16 hingga 2 milimeter, batuan ini terdiri dari 50% atau lebih material carbonate detritus, yaitu material yang tersusun terutama atas fosil dan oolit.
3. Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah hasil dari perubahan – perubahan fundamental batuan yang sebelumnya telah ada. Proses metamorf terjadi dalam keadaan padat dengan perubahan kimiawi dalam batas- batas tertentu saja dan meliputi proses – proses rekristalisasi, orientasi dan pembentukan mineral – mineral baru dengan penyusunan kembali elemen – elemen kimia yang sebenarnya telah ada. Batuan ini terbentuk akibat proses perubahan temperatur dan atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya. Jenis-jenis batuan metamorf antara lain:
a. Kuarsit (Quartzite)
Kuarsit adalah batuan metamorf yang disusun oleh mineral kuarsa (SiO2) berwarna putih terang. Kuarsit terbentuk dari metamorfosa batu pasir kuarsa. Kuarsit adalah salah satu batuan metamorf yang keras dan kuat. Terbentuk ketika batupasir (sandstone) mendapat tekanan dan temperatur yang tinggi. Ketika batupasir bermetamorfosis menjadi kuarsit, butir-butir kuarsa mengalami rekristalisasi, dan biasanya tekstur dan struktur asal pada batupasir terhapus oleh proses metamorphosis. Kuarsit biasanya digunakan sebagai bahan pembuatan bola refraktori, bahan penggosok, untuk industri gelas, keramik, bahan bangunan sebagai agregat, lantai dan dinding. Spesifikasi dari kuarsit sebagai berikut :
Asal : Metamorfisme sandstone (batupasir)
Warna : Abu-abu, kekuningan, cokelat, merah
Ukuran butir : Medium coarse
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Kuarsa
Derajat metamorfisme : Intermediate – Tinggi
Ciri khas : Lebih keras dibanding glass
b. Serpentinit
Batuan metamorf yang merupakan ubahan dari batuan ultrabasa (misalnya dunite) penyusun kerak samudera serpentinit memiliki warna kehijauan yang ornamental. Serpentinit, batuan yang terdiri atas satu atau lebih mineral serpentine dimana mineral ini dibentuk oleh proses serpentinisasi (serpentinization). Serpentinisasi adalah proses proses metamorfosis temperatur rendah yang menyertakan tekanan dan air, sedikit silica mafic dan batuan ultramafic teroksidasi dan ter-hidrolize dengan air menjadi serpentinit. Spesifikasinya sebagai berikut :
Asal : Batuan beku basa
Warna : Hijau terang / gelap
Ukuran butir : Medium grained
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Serpentine
Ciri khas : Kilap berminyak dan lebih keras dibanding kuku jari
c. Sekis Mika
Sekis mika adalah batuan metamorf berwarna putih keperakan oleh hadirnya mineral mika. Umumnya kepingan mika berukuran lebih dari 1 mm saling berangkai membentuk bidang-bidang yang saling sejajar (disebut schistosity). Mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi berkas-berkas bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang mengkilap. Terbentuk pada temperature (> 400C) dan tekanan yang cukup tinggi yang diperlukan selama pembentukannya. suatu batuan metamorphic yang telah mengalami proses metamorfisme sangat jauh sehingga bentuknya sudah jauh berbeda dibanding dengan Slate atau phyllite.Spesifikasinya adalah sebagai berikut :
Asal : Metamorfisme siltstone, shale, basalt
Warna : Hitam, hijau, ungu
Ukuran butir : Fine – Medium Coarse
Struktur : Foliated (Schistose)
Komposisi : Mika, grafit, hornblende
Derajat metamorfisme : Intermediate – Tinggi
Ciri khas : Foliasi yang kadang bergelombang, terkadang terdapat kristal garnet
d. Filit
Batuan metamorf hasil metamorfik regional satu rendah, berbutir halus yang merupakan ubahan dari batu lempung. Filit berwarna hitam keperakan dari mineral klorit, muskofit, dan serisit yang membentuk saling sejajar.
Filit merupakan batuan metamorf yang umumnya tersusun atas kuarsa, sericite mica dan klorit. Terbentuk dari kelanjutan proses metamorfosisme dari Slate. Suatu batuan metamorphic berbutir halus yang terbentuk pada temperature dan tekanan lebih tinggi dibandingkan dengan slate, tetapi pada temperatur dan tekanan yang lebih rendah dibanding dengan sekis. sering mempunyai suatu permukaan yang berkerut, terdapat sedikit lipatan karena berhubungan dengan perpecahan yang pre-existing, dan merupakan karakteristik suatu kemilau kehijau-hijauan dalam kaitannya dengan kehadiran lapisan tipis dari mika dan khlorit dalam jumlah yang berlimpah-limpah. Batuan ini digunakan sebagai bahan isolator/isolasi elektrik yang baik dan tahan terhadap api, bahan interior dan exterior untuk lantai dan dinding.
Asal : Metamorfisme Shale
Warna : Merah, kehijauan
Ukuran butir : Halus
Stuktur : Foliated (Slaty-Schistose)
Komposisi : Mika, kuarsa
Derajat metamorfisme : Rendah – Intermediate
Ciri khas : Membelah mengikuti permukaan gelombang
e. Marmer
Marmer adalah batuan kristalin kasar yang berasal dari batu gamping atau dolomit. Terbentuk ketika batu gamping mendapat tekanan dan panas sehingga mengalami perubahan dan rekristalisasi kalsit. Utamanya tersusun dari kalsium karbonat. Marmer bersifat padat, kompak dan tanpa foliasi. Batuan metamorf yang masih (tidak berfoliasi) berwarna terang dan biasanya sangat keras.
Pengaruh suhu dan tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen menyebabkan terjadi rekristalisasi pada batuan tersebut membentuk berbagai foliasi mapun non foliasi. Akibat rekristalisasi struktur asal batuan membentuk tekstur baru dan keteraturan butir. Marmer Indonesia diperkirakan berumur sekitar 30–60 juta tahun atau berumur Kuarter hingga Tersier. Tulungagung adalah salah satu penghasil marmer terlama di Indonesia. Sedangkan, Citatah adalah salah satu penghasil marmer di Indonesia yang membawa nama Indonesia sebagai salah satu produsen marmer di Indonesia. Batu marmer dipakai sebagai bahan ornamen dinding dan lantai juga digunakan untuk pembuatan barang-barang kerajinan. Spesifikasinya sebagai berikut :
Asal : Metamorfisme batu gamping, dolostone
Warna : Bervariasi
Ukuran butir : Medium – Coarse Grained
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Kalsit atau Dolomit
Derajat metamorfisme : Rendah – Tinggi
Ciri khas : Tekstur berupa butiran seperti gula, terkadang terdapat fosil, bereaksi dengan HCl.
f. Gneis
Batuan metamorf ini berbutir kasar dan memperlihatkan “perlapisan”. Kesan perlapisan ini sebagai hasil pemisahan mineral-mineral berwarna gelap dan mineral berwarna terang.
Gneiss merupakan batuan yang terbentuk dari hasil metamorfosisme batuan beku dalam temperatur dan tekanan yang tinggi. Dalam Gneiss dapat diperoleh rekristalisasi dan foliasi dari kuarsa, feldspar, mika dan amphibole. Gneiss adalah typical dari jenis batuan metamorf, batuan ini terbentuk pada saat batuan sediment atau batuan beku yang terpendam pada tempat yang dalam mengalami tekanan dan temperatur yang tinggi. Hampir dari semua jejak jejak asli batuan ( termasuk kandungan fosil) dan bentuk bentuk struktur lapisan ( seperti layering dan ripple marks) menjadi hilang akibat dari mineral-mineral mengalami proses migrasi dan rekristalisasi. Pada batuan ini terbentuk goresan goresan yang tersusun dari mineral mineral seperti hornblende yang tidak terdapat pada batuan batuan sediment.
Pada batuan gneiss, kurang dari 50 persen dari mineral-mineral menjadi mempunyai bentuk bentuk penjajaran yang tipis dan terlipat pada lapisan-lapisan. Kita dapat melihat bahwasannya tidak seperti pada batuan schist yang mempunyai pensejajaran mineral yang sangat kuat, batuan gneiss tidak retak atau hancur sepanjang bidang dari pensejajaran mineral tersebut, dan terbentuk urat-urat yang tebal yang terdiri dari butiran-butiran mineral di dalam batuan tersebut, hal ini tidak seperti kebanyakan bentuk bentuk perlapisan yang terdapat pada batuan schist. Dengan proses metamorfosa lebih lanjut batuan gneiss dapat berubah menjadi magmatite dan akhirnya terkristalisasi secara total menjadi batuan granit. Digunakan Sebagai Agregat, atau sebagai batu untuk bangunan (Building stone). Spesifikasi dar gneiss yaitu :
Asal : Metamorfisme regional siltstone, shale, granit
Warna : Abu-abu
Ukuran butir : Medium – Coarse grained
Struktur : Foliated (Gneissic)
Komposisi : Kuarsa, feldspar, amphibole, mika
Derajat metamorfisme : Tinggi
H. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa batuan terbagi menjadi :
- Batuan beku
Jenisnya antara lain : basalt, gabro, granit, andesit, diabas, dasit
- Batuan sedimen
Jenisnya antara lain : rijang, konglomerat, batuan pasir, kalkarenit, batu gamping merah, batu gamping Numulites
- Batuan metamorf
Jenisnya antara lain : marmer, kuarsit, filit, gneiss, sekis mika, serpentinit
Daftar Pustaka
Graham, Doddy Setia.1987.Batuan dan Mineral.Bandung:Nova.
Lange, M,dkk.1991.Geologi Umum.Jakarta:Gaya Media Pratama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar