Keberhasilan seorang siswa dalam menuntut ilmu juga sangat dipengaruhi oleh pendidiknya. Kini Pendidikan IPA muncul menjawab tantangan zaman sebagai solusi terhadap masalah yang kini sedang berkembang. Dalam tulisan ini akan membahas dua hal yaitu latar belakang lahirnya Pendidikan IPA dan bagaimana prospek kedepannya.
Latar belakang dibentuknya program studi ini mengacu pada UU Guru dan Dosen, khususnya pasal 28 ayat 1. Jadi di SMP nantinya akan ada mata pelajaran yang diberikan bukan lagi fisika dan biologi tetapi IPA. Oleh karena itu, pendidikan guru yang khusus untuk itu adalah pendidikan guru. Demikian juga setiap kelompok pelajaran dilaksanakan secara holistik, proses pembelajarannya bersifat terpadu. Hal ini cukup kuat untuk melatar belakangi pembentukan program pendidikan IPA. Selain itu pembentukan pendidikan IPA juga mengacu SK Mentri Pendidikan Nasional, Nomor 232 Tahun 2000 dan Nomor 045 Tahun 2002.
Pada perjalanannya Pendidikan IPA belum bisa berdiri sendiri karena masih merupakan sebuah program studi yang belum menjadi jurusan secara resmi. Dalam hal ini pendidikan IPA berada langsung pada kontrol jurusan fisika, tentunya hal tersebut dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Penerimaan mahasiswa pada tahun pertama sebanyak 5 kelas, tahun kedua sebanyak 3 kelas, tahun ketiga sebanyak 3 kelas dan tahun keempat sebanyak 2 kelas. Prodi pendidikan IPA ini dibagi menjadi dua, yaitu program studi Pendidikan IPA Swadana (kelas Internasional) dan program studi penddikan IPA Subsidi.
Pada umumnya di tingkat SMP mata pelajaran sains, masih dibagi menjadi dua yaitu mata pelajaran fisika dan mata pelajaran biologi. Menengok dari hal ini secara psikologis umumnya anak seusia SMP belum bisa secara maksimal untuk membagi pikirannya. Mereka masih senang bermain-main dan biasanya belum bisa membagi waktu untuk belajar. Sehingga materi yang dikuasainya pun terkadang kurang maksimal. Melihat kenyataan ini maka diputuskanlah untuk merubah fisika dan biologi tersebut menjadi Pendidikan IPA terpadu yang tujuannya agar para peserta didik dapat lebih memahami materi yang diberikan. Selain itu materi yang diberikan kepada para peserta didik lebih terkonsep dan lebih sederhana.
Jika ditelaah lebih lanjut, pada saat ini dalam penerapan IPA terpadu di sekolah tingkat SMP fungsi guru menjadi multi fungsi. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya guru yang dulunya terspesialisasi di pelajaran fisika dan hanya mengajar fisika, sekarang harus juga bisa dituntut untuk mengajar biologi juga karena dituntut untuk menerapkan konsep IPA terpadu. Kebanyakkan dari mereka lebih memilih untuk belajar sendiri sehingga banyak guru yang dalam proses penyampaian materi kepada peserta didik kurang maksimal karena kurangnya menguasai materi yang harus disampaikan. Apabila materi yang disampaikan kurang maksimal maka hal ini akan sangat berpengaruh pada perserta didik. Karena dalam hal ini peserta didik mendapatkan penjelasan materi yang disampaikan sebagian besar dari guru maka apabila penjelasan tersebut kurang jelas, akan berakibat kurangnya pemahaman para peserta didik terhadap materi yang disampaikan tersebut. Hal ini tentunya sangat memprihatinkan apabila siswa kuran paham akan materi yan disampaikan. Mengingat IPA juga diikut sertakan dalam ujian nasional.
Selain itu, hal-hal yang sering dihadapi oleh calon pendidik IPA adalah dimana mereka masih dilema akan masa depan. Mereka berfikir apakah pendidikan IPA memiliki prospek yang bagus dan sudahkah cukup diakui. Mengingat selama ini belum ada satupun mahasiswa yang diluluskan. Karena angkatan pertama mahasiswa program studi Pendidikan IPA adalah pada tahun 2007 yang sekarang masih duduk di semester tujuh. Selain itu belum turunnya akreditasi dari Dinas Pendidikan juga menambah keresahan mahasiswa IPA. Padahal untuk turunnya suatu akreditasi tersebut tentu tidaklah mudah, pasti dibutuhkan waktu yang tidaklah sebentar karena pasti ada penilaian terlebih dahulu, seperti bagaimana mahasisawa yang telah di luluskan, bagaimana hasil dari pembelajaran yang selama ini dilakukan, materi yang disampaikan, kurikulum yang telah di laksanakan, dan petimbangan-pertimbangan lainnya.
Lapangan kerja yang belum sepenuhnya ada di berbagai daerah terkadang juga mengusik batin sang calon Pendidik IPA. Bagaimana tidak? Sampai saat ini belum semua daerah membuka lapangan kerja untuk lulusan S1 Pendidikan IPA walaupun sebenarnya sudah ada beberapa instansi atau lembaga yang sudah mencarinya. Tetapi karena belum adanya lulusan dari prodi ini maka tidak ada yang mendaftarkan sehingga tidak ada pula yang diterima.
Jadi jika direnungkan lagi, latar belakang lahirnya Pendidikan IPA sebenarnya menjadi solusi untuk menuju tingkat mutu pendidikan yang lebih bagus. Dengan adanya konsep IPA terpadu siswa akan lebih mudah memahami materi dan dapat lebih mengembangkan dirinya. Dengan demikian Pendidikan IPA masih memberikan prospek yang lumayan menjanjikan. Mengingat banyaknya SMP yang belum memiliki guru khusus untuk Pendidikan IPA padahal sekolah tinggat SMP sekarang wajib menerapkan pendidikan yang berkonsep IPA terpadu. Alangkah baiknya jika para pendidik mampu mempersiapkan dirinya semaksimal mungkin untuk bisa mengajar dengan baik. Masalah lapangan pekerjaan pemerintah dapat membukanya lebih luas lagi dan lapangan pekerjaan yang belum bisa menyebar secara makismal di berbagai daerah mungkin hanya masalah waktu saja. Karena untuk mencapai pendidikan yang bermutu membutuhkan proses yang tidaklah singkat dan memerlukan waktu yang tidak sebentar.
Oleh sebab itu, Pendidikan IPA merupakan langkah awal yang cukup bagus untuk meningkatkan kualitas pendidikan pada tingkat SMP. Dengan menerapakan konsep IPA terpadu memberikan kesempatan yang cukup luas bagi para lulusan S1 Pendidikan IPA untuk memperoleh pekerjaan. Dengan demikian Pendidikan IPA sebenarnya menjanjikan masa depan yang cukup cerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar